Rabu, 06 Maret 2013

Mata Pena kadang Lebih Tajam dari Mata Pedang


Kalau kita saban hari melihat berita di TV, radio atau baca koran. Pernahkah ter betik pikiran dalam benak kita, kenapa kalau ada saudara-saudara kita sesama mus lim yang sedang berjuang mempertahankan negaranya, misalnya di Palestina, Irak , Bosnia , Chehnya, Philipina, atau dimana saja. Lantas semua berita menyebut para pejuang yang saudara kita itu dengan 'embel-embel' : militan, fundamental, garis keras bahkan yang akhir-akhir ini gencar di'populerkan' adalah istilah teroris?. Misalkan yang 'diobok-obok' itu adalah negara kita, kemudian kita membela negara kita mati-matian. Tiba-tiba saja semua TV, radio dan koran menyiarkan, bahwa ki ta yang sedang berjuang itu ternyata diberitakan sebagai kaum fundamentalis, mi litan, garis keras dan teroris. Tentu marah besar kita. Bisa jadi semangat kita dalam berjuang jadi berlipat-lipat karena bercampur rasa marah itu.  
Sekarang pertanyaannya, kenapa TV, radio dan koran kita memberitakannya seperti itu ?. Inilah salah satu kelemahan perusahaan-perusahaan media kita, hampir se mua berita, maksudnya berita luar negeri yang berhubungan dengan kejadian-kejadi an di negara-negara muslim, semua media kita biasanya hanya membeli beritanya da ri perusahaan-perusahaan media asing, misal : CNN, BBC, AFP, Washington Post, AP , Reuter, dll. Kemudian oleh media kita diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia , lantas diterbitkan. Esok harinya, kita semua sebagai pembaca yang hanya 'tahu ja di', langsung saja mengkonsumsi kata-kata 'militan-fundamental-garis keras dan teroris'. Padahal semua perusahaan media asing yang disebut di atas, bisa dipas tikan bukan milik orang muslim, termasuk wartawan/reporter yang menulis berita di tempat kejadian. Maka masuk akal bila mereka suka menyebut saudara-saudara ki ta dengan istilah-istilah seperti itu. Yang patut disayangkan, banyak pembaca yang masih saudara kita sesama muslim ternyata menelan begitu saja semua istilah itu. Maka jadilah sesama (negara) muslim saling curiga dan waspada.
Ghazwul Fikri.......
 
Nuansa pemberitaan lain akan kita jumpai bila kita membaca majalah-majalah Islam  seperti : Sabili, Hidayatullah, Hidayah, Tarbawi, dll. Majalah-majalah ini cukup selektif dan cerdik. Mereka mencari berita dari sumber-sumber Islami, dari kan tor-kantor berita asing di negara Islam. Sehingga yang muncul adalah istilah-is tilah yang sesuai dan layak, misalnya : Pejuang, Mujahid, Syuhada, Pahlawan,dll. Nada beritanya pun tidak terkesan 'miring'. Hal demikian terlihat pula pada web site/situs islami di internet. Pada kasus yang sama, namun nampak nyata perbeda an kandungan beritanya.  
 
Sahabat, meskipun (masih) dalam skala kecil, mari berusaha 'bergerilya' guna memperbaiki citra Islam yang rusak akibat pemberitaan media asing di atas. Kita usahakan senantiasa membaca dan menulisnya dari sumber-sumber Islami. Kalau memang manis mari kita sampaikan dengan manis, sebaliknya kalau adanya pahit, maka kita sampaikan ditampilkan dengan pahit pula. "Katakanlah yang benar walau pun pahit", demikian pesan Rasulullah SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar